Kasir yang Dulu, Bukanlah yang Sekarang

Taufik Ismed
2 min readDec 27, 2022

--

Ini bukan foto mbak-mbak kasir yang saya maksud ya. Sekadar ilustrasi menggambarkan keramahannya. Sumber: freepik.com

Saya baru pindah rumah kontrakan beberapa bulan yang lalu. Lalu mencari-cari minimarket terdekat untuk membeli kebutuhan harian. Ada beberapa, tapi cuma satu yang bisa dianggap lengkap. Jadi seringlah saya belanja di sana.

Barang-barang yang dijual terbilang lebih murah dari tempat lain. Tidak besar, terhitung ratusan rupiah saja. Tapi lumayan terasa hemat kalau belanja banyak barang. Bukanya pun lebih pagi dari minimarket lainnya. Tutupunya pun cukup larut. Mantap pokoknya.

Tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga tidak ada minimarket yang sempurna. Kelemahan tempat tersebut terasa saat selesai memilih barang belanjaan lalu mengantarkannya ke kasir.

Beberapa kali saya belanja di sana, hampir 100 persen dilayani oleh kasir yang sama. Seorang perempuan yang terbilang goodlooking. Ya hanya goodlooking, belum perfectlooking. Karena saya tidak menemukan salam, sapa dan senyum ketika melakukan pembayaran. Saat menyerahkan uang kembalian dan struk pembayaran, rasa-rasanya tidak ada ucapan terimakasih seperti kasir-kasir minimarket atau supermarket lainnya.

Saya kira memang begitu karekaternya. Atau mungkin sedang ada masalah di rumah atau dengan pasanganya. Saya mencoba maklum sekali dua kali. Namun suatu waktu saya kesel pakai super. Seperti biasa dia tidak menampilkan wajah dan sikap yang ramah kepada saya. Tapi pada saat yang bersamaan dia ketawa-ketiwi dengan rekan kerja di sebelahnya. Nah loh? Kok begini?

Apakah saya yang salah? Saya coba perhatikan sikapnya dengan pembeli yang lain. Sama. Mukanya sama-sama tidak memancarkan senyuman. Berarti memang pelayanannya yang kurang ramah.

Saya pengen negur langsung, tapi agak segan juga. Akhirnya saya berikan review di Google Review. Selang beberapa hari, ketika saya belanja beberapa kali, kasir yang saya maksud tidak ada lagi. Waduh, apakah dipecat? kasihan juga kalau dipecat. Saya coba cari-cari di sana, mana tahu dipindahtugaskan dari kasir ke bagian lainnya. Tidak juga ketemu.

Apakah sang owner benar-benar mengevaluasi dari Google Review atau hanya kebetulan? Hebat juga ownernya kalau iya. Digital native banget.

Selanjutnya saya dilayani oleh kasir yang penuh dengan senyuman. Yang lebih goodlooking menurut saya. Kenapa gak perfectlooking? Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan.

Satu sisi saya respect dengan sikap ownernya yang peduli tanggapan pelanggan. Tapi di sisi lain saya merasa bersalah karena telah menambah angka pengangguran.

Namun, bersyukur kepada Allah yang Maha Kuasa, ternyata si kasir lama tidak di pecat. Dia kembali ke singgasananya di depan mesin kasir. Tentu dengan salam, sapa dan senyum. Kasir yang dulu, bukanlah yang sekarang. Dia telah berubah menjadi pribadi yang diliputi senyuman dan diakhiri ucapan terimakasih saat selesai pembayaran.

Sekali lagi saya tidak tahu, apakah semua itu serba kebetulan atau memang dampak dari Google Review. Hanya ownernya dan Allah yang tahu.

--

--

Taufik Ismed
Taufik Ismed

Written by Taufik Ismed

Islamic Studies and Creative Enthusiast

No responses yet